Sebuah Catatan : Menumbuhkan Kecerdasan Finansial Pada Anak

Hasil gambar untuk kecerdasan finansial anak

Kecerdasan seorang anak tidak bisa diukur dari kecerdasan akademis di sekolah saja. Kepandaian anak dalam mengatur emosi, berinteraksi di lingkungan sosial dan juga kemampuannya mengatur keuangan juga menjadi bagian dari kecerdasannya. Nah, untuk itu mengasah kecerdasan finansial, mengelola keuangan sebaiknya mulai ditumbuhkan sejak dini. Bagaimana caranya?

Hari Sabtu lalu tanggal 27 Januari 2017 bertempat di Masjid Salahudin Sidoarjo, Komunitas Peduli Anak menggelar kegiatan seminar parenting dengan tema yang menarik, yaitu Menumbuhkan Kecerdasan Finansial Pada Anak-anak. Acara yang dihadiri oleh sekitar empat puluhan peserta dimulai pukul 08.30 hingga pukul 11.00. Acara tersebut sekaligus menandai pergantian logo baru Komunitas Peduli Anak. Dengan harapan akan memiliki semangat baru untuk semakin banyak belajar tentang dunia anak dan berbagi pada sesama.

Bersama narasumber yang selalu menebar virus Good Parenting di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu Ibu Abyz Wigati. Beliau adalah seorang ibu dari tiga orang putra putri, seorang penulis beberapa buku, pendiri Komunitas Malang Menulis dan Forum Belajar Bunda dengan segudang prestasi. Pada seminar tersebut beliau membagikan tip bagaimana menumbuhkan kecerdasan finansial pada anak sejak dini secara gamblang. Yang membuat semakin menarik adalah karena apa yang beliau sampaikan berdasarkan pengalaman pribadi dalam mengasuh putra-putrinya, sehingga sudah teruji dan bukan sekadar teori.

Apabila ingin menumbuhkan kecerdasan finansial pada anak, berarti hal ini merujuk pada sebuah proses. Menumbuhkan itu dilakukan ketika masih kecil. Jadi tidak menunggu anak sudah besar baru kemudian dikenalkan tentang kecerdasan finansial.

Banyak yang memahami bahwa kecerdasan finansial identik dengan menabung, berhemat dan tidak boros. Padahal sebenanrya tidak sebatas itu saja. Karena kalau hanya aktifitas menabung saja, anak-anak sudah dapat melakukannya. Namun lebih kepada menumbuhkan kepedulian kepada sesama, adanya rasa menghargai kerja keras, hasil karya diri sendiri maupun orang lain. Sehingga anak tidak mudah minta ini itu, beli ini itu serta mencela hasil kerja keras orang lain.

Kecerdasan finansial merupakan proses pembelajaran pengendalian diri, sehingga akan berpengaruh pada perilaku mandiri dan pola pikir bijaksana pada usia dewasa. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan kecerdasan finansial pada anak, yaitu :

1. Memahamkan anak tentang berbagai kebutuhan sehari-hari sesuai fase perkembangannya.
Kebutuhan masing-masing keluarga tentu berbeda-beda. Sebelum memberikan pemahaman, orang tua perlu memahami terlebih dahulu fase perkembangan anak. Sehingga dapat memberikan penjelasan yang tepat sesuai usianya.

2. Memahamkan anak mengenai perbedaan keinginan dan kebutuhan.
Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi, ada atau tidak ada uang. Misalnya, kebutuhan makan.
Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang pemenuhannya bisa ditunda. Tidak harus sekarang. Oleh karena itu, jika anak menangis meminta dibelikan sesuatu, pahami terlebih dahulu apakah itu kebutuhan atau hanya keinginan. Pemahaman bisa dilakukan dengan memberikan pengertian yang baik kepada anak. Dan yang utama adalah memberikan contoh dengan memulai dari diri sendiri. Mengendalikan diri jika ada diskon, dan mampu berkomitmen hanya membeli barang yang dibutuhkan ketika belanja bersama anak.

3. Melibatkan anak dalam mengelola kebutuhan keuarga.
Misalnya saat ibu mendapatkan uang dari ayah. Ibu boleh saja bercerita bahwa uangnya akan dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga dan keluarga. Seperti, membayar listrik, air, biaya sekolah, membeli buku anak, dan sebagainya. Jadi anak dilibatkan dan tahu apa saja alokasi dana yang dimiliki orang tua. Jangan lupa memasukkan kebutuhan anak dalam daftar tersebut. Sehingga anak akan merasa kebutuhannya juga diperhatikan.

4. Memberi kepercayaan anak untuk mengelola uang saku.
Sebaiknya penggunaan istilah uang jajan pada anak diganti dengan uang saku. Karena ini berpengaruh pada persepsi yang dimiliki anak. Uang saku adalah uang yang dapat dikelola penggunaannya, sedangkan uang jajan digunakan untuk membeli jajan dan bersenang-senang.

Latihan pengelolaan keuangan, bisa dimulai dengan memberikan uang saku pada anak satu minggu sekali. Nah, untuk menerapkan hal ini orang tua harus dapat bersikap tega dan konsisten. Karena di awal prosesnya, terkadang uang saku satu minggu bisa dihabiskan anak hanya beberapa hari saja. Jika seperti itu, biarkan anak belajar merasakan konsekuensinya.

5. Mendampingi anak secara bertahap, ajarkan, buat kesepakatan, contohkan dan konsisten.
Pemberian uang saku diikuti dengan penjelasan bagaimana alokasinya. Sehingga anak memiliki gambaran bagaimana menggunakan uang sakunya. Bisa untuk membeli jajan, membeli perlengkapan sekolah yang rusak, dan menabung.

Dengan diberi kepercayaan untuk mengelola uang saku, anak akan berpikir ulang dalam menggunakan uangnya. Dan jika menginginkan sesuatu anak akan berpikir bagaimana mendapatkan uang, misalnya berjualan. Sehingga tidak mudah minta uang pada orang tua. Hal ini perlu contoh dari orang tua dalam menerapkannya.

6. Memberi kesempatan anak untuk salah.
Apabila jatah uang saku anak seminggu namun dihabiskan dalam tiga hari, maka jangan serta merta memarahi anak. Berikan senyuman, ajak bicara dan cari tahu bagaimana penggunaan uangnya. Biarkan anak menceritakan dengan leluasa tanpa adanya tekanan. Kesalahan yang diperbuat anak bisa jadi memberikan pelajaran yang berharga.

7. Evaluasi dan lanjutkan proses belajar.
Setelah anak melakukan kesalahan, ajak anak berkomunikasi dengan asik. Kemauan anak bercerita dengan jujur pada orang tua jauh lebih penting daripada berfokus pada kesalahannya. Dengan begitu, evaluasi bersama akan dapat dilakukan. Biarkan anak menemukan solusi dan apa yang seharusnya dilakukan agar kesalahan tidak terulang kembali.

8. Anak berhak dan wajib berkontribusi dalam pembiayaan event keluarga.
Misalnya untuk acara liburan bersama yang sudah direncanakan jauh hari. Diskusikan bersama akan pergi ke mana, dana yang dibutuhkan. Ajak anak untuk berkontribusi sesuai kemampuannya untuk mewujudkan liburan bersama tersebut. Atau misalnya, acara ulang tahun anggota keluarga.

9. Apresiasi keberhasilan anak walaupun kecil.
Dengan memberikan apresiasi anak akan termotivasi memperbaiki untuk menghasilkan keberhasilan yang lebih besar.
10. Ganti kritik dengan evaluasi bersama.
Evaluasi bersama akan menstimulasi anak untuk menemukan solusi dan kesepakatan untuk menjadi lebih baik lagi.

Menurut wanita yang pernah menjadi finalis Kartini Next Generation tahun 2015 ini, stimulasi kecerdasan finansial bisa dimulai sejak dini. Terutama jika anak sudah minta dibelikan sesuatu, artinya anak sudah mengerti tentang uang. Sehingga mulai dapat distimulasi kecerdasan finansialnya. Saat anak beranjak di bangku sekolah, yang terpenting adalah menanamkan jiwa entrepreneurship. Apabila anak menginginkan sesuatu tidak harus beli tapi bisa dicoba untuk membuatnya sendiri bersama orang tua.

Kunci utama dari keberhasilan pengasuhan anak adalah adanya teladan. Begitu juga saat ingin menumbuhkan kecerdasan finansial pada anak. Orang tua harus belajar dan dapat mengendalikan diri. Memilah mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan. Melalui contoh akan lebih mudah bagi anak untuk memahami dan menerapkannya. Selain itu, berikanlah kesempatan dan kepercayaan pada anak untuk mengelola keuangannya sendiri. Jikalau anak melakukan kesalahan, tanggapi dengan senyum dan bantu anak untuk belajar dari kesalahannya.

Semoga bermanfaat ^^
@nindiamaya